PEMANFAATAN FERMENTASI PADA BAKTERI MENGGUNAKAN LIMBAH KOTORAN ORGANISME UNTUK MENGHASILKAN ALTERNATIF BAHAN BAKAR MASA DEPAN
PENDAHULUAN
Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak
(BBM) dunia dari tahun ketahun semakinÿ meningkat, menyebabkan harga
minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga minyak untuk
mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Kelangkaan bahan
bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang
signifikan ini, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat
mengatasi masalah energi bersama-sama (Kompas, 23 Juni 2005).
Kenaikan harga yang mencapai 58 dollar
Amerika Serikat ini termasuk luar biasa sebab biasanya terjadi saat
musim dingin di negara-negara yang mempunyai empat musim di Eropa dan
Amerika Serikat. Masalah ini memang pelik sebagaimana dikatakan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan dengan para gubernur di
Pontianak, Kalimantan Barat, tanggal 22 Juni 2005, dan mengajak
masyarakat melakukan penghematan energi di seluruh Tanah Air.
Penghematan ini sebetulnya harus telah
kita gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari
minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui
(unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya
sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran.
Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari
sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable).
Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin,
terutama di pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang
memang dirasakan terjangkau karena disubsidi oleh pemerintah. Namun
karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, kadang-kadang
terjadi kelangkaan persediaan minyak tanah di pasar. Selain itu mereka
yang tinggal di dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik
dari ranting-ranting kering dan tidak jarang pula menebangi pohon-pohon
di hutan yang terlarang untuk ditebangi, sehingga lambat laun mengancam
kelestarian alam di sekitar kawasan hutan. Sebetulnya sumber energi
alternatif cukup tersedia. Misalnya, energi matahari di musim kemarau
atau musim kering, energi angin dan air. Tenaga air memang paling banyak
dimanfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), namun
bagi sumber energi lain belum kelihatan secara signifikan.
Energi terbarukan lain yang dapat
dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan
sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses
limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut
digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan
tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan
sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas
kotoran ternak.
Biogas adalah gas mudah terbakar yang
dihasilkan dari proses fermentasi bahan bahan organik oleh
bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara).
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan
biogas. Meski demikian, hanya bahan organik homogen berbentuk padat
maupun cair seperti kotoran dan air kencing hewan ternak seperti babi
dan sapi yang cocok untuk sistem biogas sederhana.
India dan China adalah dua negara yang
tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga mereka sejak lama
sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas.
Di Cina, India, dan beberapa negara lain, desa-desa memiliki fermentor
biogas untuk menghasilkan metana. Ke dalam fermentor tersebut,
dimasukkan feses hewan, daun-daunan, kertas, dan lain-lain yang akan
diuraikan oleh bakteri dalam fermentor.
ALTERNATIF BAHAN BAKAR BIOGAS
Alternatif bahan bakar masa depan untuk
menggantikan minyak selain gasohol adalah biogas. Biogas dibuat melalui
fase anaerob dalam fermentasi limbah kotoran organisme. Pada fase
anaerob akan dihasilkan gas metana (biogas) yang mudah terbakar dan
digunakan untuk bahan bakar. Biogas merupakan salah satu sumber energi
alternatif yang berkembang pesat dalam dasawarsa terakhir. Teknologi
pembuatan biogas memanfaatkan kotoran organik, baik itu kotoran hewan
maupun sampah sayuran dan tumbuhan dengan memanfaatkan bakteri anaerobik
yang terdapat dalam kotoran tersebut untuk proses fermentasi yang
menghasilkan semacam gas yang mengandung.
Teknologi biogas sebenarnya bukan sesuatu
hal yang baru. Berbagai negara telah mengaplikasikan teknologi ini
sejak puluhan tahun yang lalu seperti petani di Inggris, Rusia dan
Amerika serikat. Sementara itu di Benua Asia, India merupakan negara
pelopor dan pengguna biogas sejakÿ tahun 1900 semasa masih dijajahÿ
Inggris, negara tersebut mempunyai lembaga khusus yang meneliti
pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research instututeÿ dan Gobar Gas Research Station,
Lembaga tersebut pada tahun 1980 sudah mampu membangun instalasi biogas
sebanyak 36.000 unit. Selain negara negara tersebut diatas, Taiwan,
Cina, Korea juga telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku
pembuatan biogas.
Sampai tahun 1997 negara yang paling,
maju dalam aplikasi teknologi ini adalah india, keuntungan teknologi ini
dibanding sumber energi alternatif yang lain adalah: Menghasilkan gas
yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari , kotoran yang telah
digunakan untuk menghasilkan gas dapat digunakan sebagal pupuk organik
yang sangat baik. Dapat mengurangi kadar bakteri patogen yang terdapat
dalam kotoran yang dapat menyebabkan penyakit bila kotoran hewan atau
sampah tersebut ditimbun begitu saja, yang paling utama yaitu bisa
mengurangi permasalahan penanggulangan sampah atau kotoran hewan menjadi
sesuatu yang bermanfaat dan sudah saatnya pula kita berfikir dan
berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternatip
dari kotoran ternak ini sebagai biogas, karena sudah banyak hasil
penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan
sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk
kepentingan masyarakat.
Biogas dihasilkan apabila bahan bahan
organik terdegradasi senyawa-senyawa pembentuknya dalam keadaan tanpa
oksigen atau biasa disebut kondisi anaerobik. Dekomposisi anaerobik ini
biasa terjadi secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau, dan
di dalam tanah pada kedalaman tertentu. Proses dekomposisi lini
dilakukan oleh bakteri bakteri dan mikroorganisme yang hidup di dalam
tanah. Dekomposisi anaerobik dapat menghasilkan gas yang mengandung
sedikitnya 60% metan. Gas inilah yang biasa disebut dengan biogas dengan
nilai heating value sebesar 39 MJ/m3 kotoran. Biogas dapat dihasilkan
dari dekomposisi sampah organik seperti sampah pasar, daun daunan, dan
kotoran hewan yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau yang
lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang dihasilkan memiliki
komposisi yang berbeda tergantung dari jenis hewan yangmenghasilkannya.
Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas hydrogen sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC dan pH optimum pada range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina (Price and Paul, 1981).
Biogas yang dibuat dari kotoran ternak sapi mengandung gas CH4 sebesar 55 – 65 %, gas CO2 sebesar 30 – 35 % dan sedikit gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas – gas lain. Panas yang dihasilkan sebesar 600 BTU/cuft. Sedangkan, biogas yang dibuat dari gas alam mengandung gas CH4 sebesar 80 % dengan panas sebesar 1000 BTU/cuft. Kandungan gas CH4 dari biogas dapat ditingkatkan dengan memisahkan gas CO2 dan gas H2S yang bersifat korosif .
Reaksi pembentukan metana (Price and Paul, 1981) dari bahan – bahan organik yang dapat terdegradasi dengan bantuan enzim maupun bakteri dapat dilihat sebagai berikut:
Hasil penguraian senyawa organik yang dijadikan sumber energi adalah gas CH4 (metana); disamping itu dihasilkan gas CO2. penguraian senyawa organik ini memanfaatkan 3 kelompok mikroba sehingga menghasilkan gas metana:
BAKTERI DALAM MENGHASILKAN BIOGAS
- Kelompok bakteri fermentatif, yaitu Streptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobacteriaceae.
- Kelompok bakteri asetogenik, yaitu Kethanobacillus dan Desulfovibrio.
- c. Kelompok bakteri metana, yaitu Methanobacterium, Methanobacillus, dan Methanococcus
Gambar : Methanobacterium
Tahapan-tahapan yang dilalui pada Pembuatan Biogas oleh Bakteri:
Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dan memerlukan kerja sama dengan kelompok bakteri yang lain. Berikut ini merupakan tahapan dalam proses pembentukan biogas :
1. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang menjadi senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan rantai pendek, seperti peptida, asam amino, dan gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa, seperti Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae yang melakukan proses ini. Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat dan asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 25o C di digester
Reaksi
Gambar : Steptococci
2. AsidogenesisAsidogenesis adalah pembentukan asam dari senyawa sederhana. Bakteri asidogen, Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis menjadi asam-asam lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat dan asam format. Pada tahap ini, bakteri asam menghasilkan asam asetat dalam suasana anaerob. Tahap ini berlangsung pada suhu 25o C di digester.
Reaksi:
Gambar : Desulfovibrio
3. MetanogenesisMetanogenesis ialah proses pembentukan gas metan dengan bantuan bakteri pembentuk metan seperti Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus. Tahap ini mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi H2, CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan karbondioksida (CO2). Pada tahap ini, bakteri metana membentuk gas metana secara perlahan secara anaerob. Proses ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu 25o C di dalam digester. Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4, 30 % CO2, sedikit H2 dan H2S .
Reaksi:
Biogas merupakan suatu gas methan yang terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau Methanobacterium disebut juga bakteri anaerobik
Gambar : Methanobacterium
dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak
mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4)
yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas.
Gambar: Kompor gas dari pengolahan kotoran sapi
Gas methan terbentuk karena proses
fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau
disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi
sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga
terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan
energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi
secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah
tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (Kompas, 17 Maret 2005). Gas methan sama
dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah
gas methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak.
Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno
diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk
menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini
dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776),
sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang
dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis
Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari
pembentukan methan.
Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset
dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis melakukan riset pada
masa antara dua Perang Dunia dan beberapa unit pembangkit biogas dengan
memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di
Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan
biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM
semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-an pemakaian
biogas di Eropa ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang
kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada.
Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19.
Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, The
Development and Use of Biogas Technology in Rural Asia, 1981).
Gambar : pengaduk kotoran organisme
MEMBUAT INSTALASI BIOGAS SEDERHANA
Bangunan utama dari instalasi biogas
adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil
perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling
banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana
pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar
kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan
banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2.
Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen,
batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Gambar: Unit pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat
dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan
kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung
sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan
dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
- Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
- Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
- Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 – 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
- Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala
- Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas
selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran
lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan
yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap
pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
Dengan teknologi tertentu, gas methan
dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi
listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara
sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan
penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji.
Proses pembentukan biogas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Temperatur/Suhu.
suhu udara maupun suhu di dalam tangki
pencerna mempunyai andil besar di dalam memproduksi biogas. Suhu udara
secara tidak langsung mempengaruhi suhu di dalam tangki pencerna,
artinya penurunan suhu udara akan menurunkan suhu di dalam tangki
pencerna. Peranan suhu udara berhubungan dengan proses dekomposisi
anaerobik (Yunus, 1991).
b. Ketersediaan Unsur Hara.
bakteri anaerobik membutuhkan nutrisi
sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor, magnesium,
sodium, mangan, kalsium dan kobalt (Space and McCarthy didalam Gunerson
and Stuckey, 1986). Level nutrisi harus sekurangnya lebih dari
konsentrasi optimum yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena
apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat bagi
pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana
seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa tanaman terkadang
diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester (Gunerson
and Stuckey, 1986).
c. Derajat Keasaman (pH).
peranan pH berhubungan dengan media untuk
aktivitas mikroorganisme. Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH
optimal antara 6,2 – 7,6, tetapi yang baik adalah 6,6 – 7,5. Pada
awalnya media mempunyai pH ± 6 selanjutnya naik sampai 7,5. Tangki
pencerna dapat dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH 7,5 –
8,5. Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sudah toxic,
maksudnya bakteri pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara
alamiah dilakukan oleh ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan menentukan
besarnya pH.
d. Rasio Carbon Nitrogen (C/N).
proses anaerobik akan optimal bila
diberikan bahan makanan yang mengandung karbon dan nitrogen secara
bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah dari kedua elemen
tersebut. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah
nitrogen akan memiliki C/N ratio 15 berbanding 1. C/N ratio dengan nilai
30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan
menciptakan proses pencernaan pada tingkat yang optimum, bila kondisi
yang lain juga mendukung. Bila terlalu banyak karbon, nitrogen akan
habis terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan proses berjalan dengan
lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah; misalnya 30/15),
maka karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti.
e. Kandungan Padatan dan Pencampuran Substrat,
walaupun tidak ada informasi yang pasti,
mobilitas bakteri metanogen di dalam bahan secara berangsur – angsur
dihalangi oleh peningkatan kandungan padatan yang berakibat terhambatnya
pembentukan biogas. Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi
yang baik diperlukan pencampuran bahan yang baik akan menjamin proses
fermentasi yang stabil di dalam pencerna. Hal yang paling penting dalam
pencampuran bahan adalah menghilangkan unsur – unsur hasil metabolisme
berupa gas (metabolites) yang dihasilkan oleh bakteri metanogen,
mencampurkan bahan segar dengan populasi bakteri agar proses fermentasi
merata, menyeragamkan temperatur di seluruh bagian pencerna,
menyeragamkan kerapatan sebaran populasi bakteri, dan mencegah ruang
kosong pada campuran bahan.
Alat pembangkit biogas
Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau
digester, yaitu tipe terapung (floating type) dan tipe kubah tetap
(fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India yang terdiri atas
sumur pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik
yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur
dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk
membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena
dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada
tahun 1978/79 di India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu
1980-85 ditargetkan pembangunan sampai 400.000 unit alat ini.
Tipe kubah adalah berupa digester yang
dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan bata,
pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan
berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan
di China sehingga disebut juga tipe kubah atau tipe China . Tahun 1980
sebanyak tujuh juta unit alat ini telah dibangun di China dan
penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan untuk
generator tenaga listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk
rumah tangga dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter
kubik untuk kelompok.
India dan China adalah dua negara yang
tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga mereka sejak lama
sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas.
Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau
biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain
sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di
dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan
lain-lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar
terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa
tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan air yang cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih
kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum dihasilkan gas awal.
Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk,
sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran.
Sisa dari limbah yang telah dicerna oleh bakteri methan atau bakteri
biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang
sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana halnya kompos
sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan
disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari
sebelum dimasukkan ke dalam karung.
Untuk permulaan memang diperlukan biaya
untuk membangun pembangkit (digester) biogas yang relatif besar bagi
penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri, alat tersebut dapat
dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun. Untuk ukuran
8 meter kubik tipe kubah alat ini, cocok bagi petani yang memiliki 3
ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor ayam di samping juga
mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai pelengkap
biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi yang
dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1
meter kubik biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak dan penerangan.
Biogas cocok dikembangkan di daerah-daerah yang memiliki biomassa
berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi padi dan ternak di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan lain-lain.
Pembangkit biogas juga cocok dibangun
untuk peternakan sapi perah atau peternakan ayam dengan mendesain
pengaliran tinja ternak ke dalam digester. Kompleks perumahan juga dapat
dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan biogas bersama.
Negara-negara maju banyak yang menerapkan sistem ini sebagai bagian
usaha untuk daur ulang dan mengurangi polusi dan biaya pengelolaan
limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat,
yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi
polusi dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk
organik yang bermutu.
Manfaat pembuatan biogas dari kotoran ternak antara lain :
1. Gas yang dihasilkan dapat mengganti fuel seperti LPG atau natural gas.
Pupuk sapi yang dihasilkan dari satu sapi dalam satu tahun dapat
dikonversi menjadi gas metana yang setara dengan lebih dari 200 liter gasoline.
2. Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk sumber energi menyalakan lampu, dimana 1 m3 biogas dapat digunakan untuk menyalakan lampu 60 Watt selama 7 jam. Hal ini berarti bahwa 1m3 biogas menghasilkan energi = 60 W x 7 jam = 420 Wh = 0,42 kWh.
3. Limbah digester biogas, baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
KAJIAN RELIGI
Di dalam Al-Quran secara tersirat Allah
SWT telah menyiratkan akan pentingnya pengaruh lingkungan bagi kehidupan
makhluk hidup yang ia ciptakan termasuk mikroorganisme yang juga
merupakan salah satu contoh makhluk hidup ciptaan Allah SWT, hal ini
tersirat dalam beberapa ayat di dalam Al-Quran diantaranya dalam:
Q.S AL BAQARAH 164.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي
الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاءِ
مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن
كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ
السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)
bagi kaum yang memikirkan.
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa
Allah SWT telah menciptakan berbagai makhluk hidup yang beraneka ragam
dari benda yang bisa dilihat oleh mata secara langsung ataupun benda
benda kecil seperti halnya mikroorganisme. Salah satu contoh
mikroorganisme yaitu kelompok mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk
merubah sesuatu yang tidak bermanfaat menjadi bermanfaat. Hal ini
menunjukkan kekuasaan Allah yang begitu besar untuk menciptakan segala
sesuatu yang dikehendakinya. Semua yang telah diciptakan-nya tiada yang
sia-sia karena semua ada manfaatnya tergantung manusia bagaimana
mengolahnya. Namun, sejauh ini manusia telah menerapkan ilmu pengetahuan
untuk memanfaatkan apa yang telah Allah berikan untuk memenuhi dan
memperbaiki kebutuhan hidup. Zaman sekarang telah banyak inofasi baru
yang dapat menguntungkan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa semua
makhluk yang diciptakan- nya tiada yang sia-sia, sebagaimana contoh
pengolahan fermentasi kotoran organisme oleh bakteri yang dapat
menghasilkan bahan bakar alternatif atau biogas.
Q.S ASY SYUURA 29
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِن دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى
جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
Artinya : Di antara
(ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia
Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa
Allah SWT telah menciptakan langit dan bumi dan ia juga telah
menciptakan segala sesuatu yang ada pada langit dan bumi. Dan ia dapat
menjadikan apa yang dikehendakinya termasuk bakteri sebagai contoh yang
dapat melakukan fermentasi terhadap kotoran organisme yang sangat
bermanfaat sebagai pembaruan teknologi penghasil bahan bakar.
SURAT AZ-ZUMAR AYAT 21
artinya : “ Apakah kamu tidak
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia
menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.”.
Dari SURAT AZ-ZUMAR AYAT 21 kita dapat
mengetahui bahwa Allah SWT telah menciptakan sesuatu yang ia inginkan
dan apapun yang ia kehendaki atas makhluk – makhluk yang ia ciptakan ia
dapat menjadikannya bermakna dari masing masing penciptaannya. Begitu
juga dalam proses fermentasi ini terjadilah makhluk kikroorganisme atau
bakteri yang tidak kasat mata mampu mengubah hal yang tak bermanfaat
menjadi bermanfaat.
KESIMPULAN
Pada proses pembuatan biogas dilakukan
secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi
anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga
akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas hydrogen sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC dan pH optimum pada range 6,4 – 7,9.
Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina.
Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dan memerlukan kerja sama
dengan kelompok bakteri yang lain. Tahapan dalam proses pembentukan
biogas : Hidrolisis, Asidogenesis, dan Metanogenesis.
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas
selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran
lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan
yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap
pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/11/18/pemanfaatan-fermentasi-pada-bakteri-menggunakan-limbah-kotoran-organisme-untuk-menghasilkan-alternatif-bahan-bakar-masa-depan/
sumber : https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/11/18/pemanfaatan-fermentasi-pada-bakteri-menggunakan-limbah-kotoran-organisme-untuk-menghasilkan-alternatif-bahan-bakar-masa-depan/
0 comments:
Post a Comment